BORONG, BERITA FLORES – Bupati Kabupaten Manggarai Timur, Agas Andreas, me-launching atau meluncurkan sebanyak lima desa di daerah itu menjadi desa wisata, pada Rabu, 11 November 2020. Penetapan lima desa wisata itu berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Manggarai Timur, Nomor HK/154/tahun 2020 pada 14 September 2020.
Kegiatan peluncuran itu ditandai dengan pemukulan gong dan penyerahan SK penetapan desa wisata oleh Bupati Agas kepada lima kepala desa (Kades), bertempat di gedung milik BKSDA wilayah II Ruteng, kawasan hutan dan Danau Rana Mese, Desa Golo Loni, Kecamatan Rana Mese.
Hadir dalam acara itu, Kapolres Matim AKBP Nugroho Arie Siswanto, Ketua dan Wakil Ketua TP PKK Matim, staf ahli bupati, pimpinan OPD, perwakilan dari BKSDA wilayah II Ruteng, para camat, para kepala desa, staf dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Matim, tokoh adat, tokoh pemuda, dan masyarakat desa Golo Loni.
Saat tiba di lokasi itu, rombongan bupati diterima secara adat Manggarai, “Tuak Curu dan Manuk Kapu” oleh masyarakat adat setempat. Usai peluncuran desa wisata itu, Bupati Agas dan rombongan mengunjungi obyek wisata Danau Rana Mese. Selanjutnya berkunjung ke Golo Depet di Lerang, Desa Golo Loni, sebagai tempat wisata baru yang menawarkan spot foto menarik.
Kelima desa yang ditetapkan sebagai desa wisata di Matim itu, yakni Desa Colol, Kecamatan Poco Ranaka; Desa Nanga Mbaur, Kecamatan Sambi Rampas; Desa Compang Ndejing, Kecamatan Borong; Desa Bamo, Kecamatan Kota Komba; dan Desa Golo Loni, Kecamatan Rana Mese.l
“Lima desa ini merupakan pilot project pengembangan desa wisata di Manggarai Timur. Ke depan diharapkan akan tumbuh desa-desa lain yang menjadi desa wisata,” harap Bupati Agas dalam acara tersebut.
Ia menegaskan, lima desa wisata ini harus bersaing dan bersinergi untuk meningkatkan produk wisata yang ditawarkan ke para wisatawan sesuai potensi dan daya tarik wisata yang dimiliki.
“Seperti untuk Desa Golo Loni harus dapat bersinergi dengan pihak Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng,” kata Bupati Agas.
Politisi PAN itu menguraikan, tentu untuk menjadikan Danau Rana Mese sebagai daya tarik utama untuk wisata edukasi dan konservasi, serta panorama persawahan dan air terjun sebagai daya tarik wisata penunjang. Selanjutnya, kata Agas, misalnya di Desa Colol, harus sukses mengembangkan kopi sebagai daya tarik utama. Juga penunjangnya panorama air terjun, alam pegunungan yang sejuk, dan suguhan makanan/kuliner lokal.
“Demikian halnya dengan desa lain, harus mampu mengembangkan potensi dan daya tarik wisata yang dimiliki, dan menciptakan sesuatu yang unik untuk dapat menarik kunjungan wisatawan,” kata Bupati Agas.
Ia mengungkapkan, lima desa ini masing-masing telah memiliki destinasi wisata andalan. Pertama, Desa Golo Loni, Kecamatan Ranamese memiliki destinasi andalan seperti Danau Ranamese. Kedua, Desa Colol, Kecamatan Poco Ranaka memiliki potensi wisata Kopi Colol; Desa Nanga Mbaur, Kecamatan Sambi Rampas memiliki destinasi andalan seperti Danau Rana Tonjong dengan keindahan bunga teratai; Desa Compang Ndejing, Kecamatan Borong memiliki destinasi wisata Ligota Beach; Desa Bamo, Kecamatan Kota Komba memiliki destinasi andalan Nangarawa Beach.
Menurut Agas, penetapan lima desa wisata ini merupakan suatu upaya memenuhi kebutuhan para wisatawan akan wisata pedesaan atau ekowisata sesuai karakteristik alam, budaya, dan masyarakat pada desa wisata yang telah ditetapkan. Trend ekowisata ini tentu saja sesuai dengan visi pembangunan pariwisata di Matim, yakni berbasis masyarakat.
“Dengan potensi yang ada, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warga,” ujarnya.
Tidak kalah penting, desa wisata juga harus meningkatkan kualitas pelayanan sesuai tata krama dan tradisi yang dimiliki, melalui penyediaan home stay yang layak dan bersih. Juga penyediaan makanan yang sehat, serta paket wisata yang menarik dengan harga yang wajar dan terjangkau.
Desa wisata harus bisa menciptakan kesan dan kenangan yang menarik bagi wisatawan. Sehingga mereka bisa mengajak wisatawan lain untuk datang berkunjung. Sikap ramah dan santun serta cinderamata yang unik merupakan wujud dari upaya untuk menciptakan kesan dan kenangan yang menarik bagi wisatawan.
“Saya minta masyarakat harus ramah. Juga yang sangat perlu dijaga adalah kebersihan. Paket kunjungan wisata juga harus bertujuan untuk memwujudkan desa yang sejahtera, berbudaya, dan berdaya saing,” pesan Bupati Agas.
Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Timur, Kanisius Judin, menjelaskan, perkembangan pariwisata saat ini menunjukan semakin meningkatnya minat wisatawan akan hal-hal khusus, seperti wisata petualang dan wisata minat khusus. Tentu dengan slogan back to nature atau kembali ke alam.
Menurut Judin, di sini wisatawan ingin merasakan nuansa berbeda dengan kehidupan di daerah asalnya yang serba modern. Di mana pariwisata yang berbasis alam ini juga disambut oleh pemerintah. Dia menjelaskan, kegiatan launcihng lima desa wisata dimaksudkan untuk memberikan dasar hukum dan pedoman bagi penyelenggara desa wisata.
Tingkatkan Perekonomian Warga
“Launching desa wisata ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam upaya pelestarian dan pemberdayagunaan potensi alam yang dimiliki desa. Juga menjamin pelestarian nilai-nilai budaya lokal, dan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa,” jelas Judin.
Menurut dia, sebelum ditetapkan sebagi desa wisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Matim, telah melaksanakan beberapa tahap, yakni pendataan potensi desa wisata pada Juli 2020, lalu verifikasi desa wisata pada September 2020, dan sosialiasi desa wisata pada Oktober 2020. (R11/TIM).