Oleh: Fransikus Adryanto Pratama
Sekian purnama aku terus melarik kisah ini
Belum jua usai, sebab hatimu masih membeku
Bahkan sesekali aku kesulitan menempatkan kata dalam larik pada bait puisi
Tak apa, bila jariku kadang tertatih karena letih merakit
Demi hatimu, aku akan terus mengasa walau melupa diri
Sementara imajinasi menemukan titik dalam batas ketidakpastian
Angan membuyar, sesekali berpikir
Mungkinkah aku tak menghargai lagi diriku sendiri
Hanya karena cinta yang terlalu menggebu
Lantas, akankah dirimu merelakan sekata namamu kusematkan dalam puisiku
Aku menggamang, hatimu telah memberinya pada cinta yang lain
Setidaknya, aku telah berjuang dalam garis waktu walau tak menentu
Sebab aku lelaki sejati yang pantang menyerah sebelum bertanding
Walau tandangku hadir dalam saat yang salah
Harapku aku dan kamu menjadi puisi yang utuh
Kelak akan bermetamorfosis menjadi kita
Penulis merupakan Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta