*Keikhlasan Keluarga dr. Philipus di tengah Masyarakat Minus Kerelaan*
RUTENG, BERITA FLORES–Pemerintah Kabupaten Manggarai, Flores-Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memberikan penghargaan kepada dr. Philipus Mantur karena telah berjasa bagi kemajuan penyediaan air minum bersih kepada masyarakat.
Penghargaan ini diberikan langsung oleh Bupati Manggarai Dr. Deno Kamelus SH, MH, usai Apel Perayaan HUT ke-74 Republik Indonesia di Lapangan Motang Rua Ruteng, pada Sabtu 17 Agustus 2019.
Direktur Perumda Tirta Komodo, Man Klemens, S.H mengatakan, kebaikan keluarga dr. Philipus Mantur dengan memberikan sebidang tanah seluas 2.625 m2 di Narang, Satar Mese merupakan peristiwa langka di tengah masyarakat modern yang selalu menuntut ganti rugi bila aset mereka dikelola oleh negara.
“Melalui kajian manajemen Perumda Air Minum Tirta Komodo Kabupaten Manggarai, maka diputuskan memilih dr. Philipus Mantur (ahli waris dan perwakilan dari Bapak Alm. Petrus Maga) sebagai “tokoh masyarakat teladan” karena telah menyerahkan dengan sukarela lahan dan mata air Wae Ntala untuk melayani masyarakat di IKK Narang, Kecamatan Satar Mese Barat,” kata Man Klemens.
Ia menjelaskan, pihaknya sejak awal tahun sering membuka diskusi bersama bupati Deno Kamelus dalam rangka rencana memberikan penghargaan terhadap masyarakat yang telah berjasa dalam pembangunan. Pemerintah, kata dia, wajib memberikan penghargaan terhadap mereka yang telah berjasa.
“Sejengkal tanah pun dia berikan, itu jasa yang sangat besar. Itu yang sekarang kita lupa, saya ingatkan kembali. Ini bukti nyata. Bukan cerita. Bupati Deno pun menyetujui rencana itu. Sehingga hari ini kita berikan penghargaan kepada beliau karena telah mendukung pemerintah daerah,” kisah Klemens saat diskusi dengan bupati Deno.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, lanjut dia, dalam semangat kemerdekaan, Pemerintah Kabupaten Manggarai melalui Perumda Air Minum Tirta Komodo memberikan penghargaan kepada tokoh masyarakat yang dinilai telah berkontribusi bagi kemajuan penyediaan air minum bersih kepada masyarakat Manggarai.
Mata Air Wae Ntala
Apa motif penyerahan tanah beserta mata air oleh keluarga dr Philipus kepada Perumda Air Minum Tirta Komodo Kabupaten Manggarai?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, mari sejenak mengingat sejarah, karena Bapak Ir. Soekarno (Presiden RI Pertama), sang proklamator kita selalu menggaungkan, “jas merah: jangan sekali-kali melupakan sejarah.”
Pada 17 September 2019 keluarga besar bapak Petrus Maga, ayahhanda dari dr. Philipus Mantur beserta beberapa adik kandungnya: Fransiskus Ramat, Salesius Empor, Ambrosius Jangkur dan Anselmus Embu bersepakat disaksikan Anak Rona mereka di Kampung Pulang, Kecamatan Satar Mese menyerahkan lahan seluas 2.625 m2 kepada Perumda Air Minum Tirta Komodo Kabupaten Manggarai.
Di tengah-tengah lahan milik keluarga Alm. Petrus Maga ini terdapat sumber mata air Wae Ntala. Kini dikelola oleh Perumda Air Minum Tirta Komodo untuk melayani sebagian masyarakat pelanggan di IKK Narang, Kecamatan Satar Mese Barat.
dr. Philipus Mantur mengisahkan bahwa, awalnya sang ayah bapak Petrus Maga pernah menyerahkan sumber mata air ini kepada pemerintah desa setempat. Namun kala itu, pihak pemerintah desa belum sanggup untuk mengelola mata air Wae Ntala untuk kepentingan masyarakat. Maka, rencana itupun ditunda.
“Pada prinsipnya, pesan bapak Petrus Maga selalu diingat: “jangan pernah menyerahkan air ini hanya untuk kepentingan pribadi semata tetapi untuk kepentingan umum,” kata dr. Philipus kepada wartawan di kantor Perumda Air Minum Tirta Komodo.
Ia menuturkan, dalam perjalanan waktu, sumber mata Air Wae Ntala terbuang percuma dan mengalir jauh ke laut tanpa dimanfaatkan masyarakat setempat. Di sisi lain, ia terus mengamati dan merasakan penderitaan warga Narang karena setiap hari mereka memanfaatkan air selokan untuk kebutuhan mencuci bahkan kebutuhan akan air minum bersih.
Menurut dr. Philipus, air itu sudah tidak higenis karena melewati sawah dan saluran yang tidak bersih. Sehingga tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat.
“Bisa saja air itu tidak sehat untuk dimanfaatkan manusia karena terkontaminasi pestisida, kotoran hewan bahkan kotoran manusia,” ujarnya.
Philipus menjelaskan, berdasarkan pengalaman itu, ia pun mengingatkan kembali pesan dan niat baik sang ayah Petrus Maga agar sumber mata air Wae Ntala diserahkan kepada pemerintah sebagai “administrator keadilan” untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kepentingan masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, munculah inisiatif keluarga (empat orang) untuk menyerahkan pengelolaan sumber mata air itu (lahan dan beserta isi di dalamnya) kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai dalam hal ini Perumda Air Minum Tirta Komodo (nomenkltur saat itu yaitu PDAM Tirta Komodo).
Pihak PDAM, kata dr Philipus, sempat memikirkan untuk memberi kompensasi berupa pembebasan lahan. Akan tetapi, niat ini tegas ditolak oleh keluarga karena mengingat pesan luhur dari Almarhum Bapak Petrus Maga untuk menyerahkan lahan dan mata air itu secara sukarela.
Mengapa diserahkan kepada Perumda Air Minum Tirta Komodo?
Bagi dr. Philipus, Perumda Air Minum Tirta Komodo merupakan lembaga Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai yang bekerja secara profesional untuk menyediakan air minum bersih kepada masyarakat pelanggan khususnya di IKK Narang secara berkelanjutan, berkuantitas dan berkualitas. Sumber mata air Wae Ntala bagi dia, tidak boleh dibuang percuma, tetapi harus bermanfaat bagi warga Narang, Kecamatan Satar Mese Barat.
Sebelum penyerahan kepada pihak Perumda Air Minum Tirta Komodo, keluarga dr. Philipus berpesan agar kapasitas air Wae Ntala disurvei dengan tepat, berapa kapasitasnya? Berapa ukuran broncaptering atau bak penampungnya? Lalu, berapa kapasitasnya untuk melayani sebagian masyarakat Narang?
Pihak Perumda (baca: PDAM) saat itu, menyatakan kesanggupan bahwa air dari Wae Ntala akan dimanfaatkan dengan baik untuk keberlanjutan penyediaan air bersih di Narang dan sekitarnya. Dan sampai saat ini pelayanan air minum bersih di pusat administrasi, Kecamatan Satar Mese Barat itu berjalan cukup baik.
Sempat terjadi polemik di Kampung Pulang dengan beberapa oknum terkait penyerahan lahan ini. Akan Tetapi, dr. Philipus sekeluarga memegang prinsip bahwa lahan itu merupakan milik pribadi keluarga bapak Petrus Maga. Karena itu, menjadi hak mereka untuk mengatur peruntukan lahan tersebut.
dr. Philipus berkomitmen, keluarganya akan menjadi garda terdepan untuk membela kepentingan umum manakala ada para pihak atau oknum yang mempersoalkan pemanfaatan sumber mata air Wae Ntala oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai.
Baginya, penyerahan sumber mata air Wae Ntala kepada Perumda Air Minum Tirta Komodo Kabupaten Manggarai merupakan wujud keikhlasan mereka dalam berkontribusi bagi pembangunan daerah itu.
Profil dr Philipus Mantur
dr. Philipus Mantur merupakan anak ke-5 dari 11 bersaudara/i pasangan Alm. Petrus Maga dan Alm. Theresia Nahul. Ia lahir di Repok, Kecamatan Satar Mese Barat pada 08 September 1964.
Adapun saudara/i dr. Philipus di antaranya: Hubertus Udur (66) berdomisili di Jakarta, Kristina Amal (64) di Narang, Regina Mamul (61) di Narang, Elisabet Bunut (58) di Lia, Satar Mese, Filomena Ganut (53) di Repok, Fransiskus Ramat (50) di Narang, Salesius Empor (48) di Narang, Ambrosius Jangkur (40-an) di Narang, Anselmus Embu di Narang.
dr. Philipus menamatkan pendidikannya dari Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta pada tahun 1998. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDK Todo 2 pada 1979, sekolah menengah pertama di SMP Negeri Iteng pada 1982, dan SMA Widya Bhakti pada 1985.
Ia menikah dengan Ibu Feni Akeng dan memiliki tiga orang buah hati yakni: Petrus Mantur (19) yang sedang belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang, Paulus Mantur (17) dan Patrisia Jeni Mantur (13) yang kedua-duanya sedang menempuh pendidikan menengah di SMA dan SMP St. Fransiskus Xaverius Ruteng.
Usai menyelesaikan pendidikan dokter, ia mengabdi sebagai Aparat Sipil Negara. Ia memulai karier sebagai dokter di Rumah Sakit St. Rafael Cancar (2002-2004). Kemudian, ia mengabdi sebagai ASN di RSUD Ruteng (2002-2005) dan Puskesmas Kota Ruteng (2005-2008).
Kariernya melejit sebagai ASN setelah diangkat menjadi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur. Pengabdian ini ia jalankan sejak tahun 2008 sampai dan berakhir pada tahun 2016 lalu.
Saat ini, dr. Philipus berkarya sebagai dokter swasta di Klinik Suster Kongregasi Carolus Boromeus (CB), Wejang Asi, Mano-Nancang, Manggrai Timur. Selain itu, ia membuka praktik pada sore hari di Dongang, Ruteng. (NAL/FDS/BEF).