RUTENG, BERITA FLORES – Tetua adat kampung Meda, Cibal Barat, Manggarai membantah telah melakukan penyerangan terhadap warga kampung Golo Woi pada Rabu (14/8).
Sebelumnya, mengutip keterangan kepolisian sejumlah media menuliskan bahwa warga Meda melakukan penyerangan terhadap warga Golo Woi yang menyebabkan empat orang terluka dan dilarikan ke rumah sakit.
Kanisius Nongkor, salah satu tetua adat kampung Meda mengatakan pemberitaan media telah menggiring opini bahwa orang Meda yang melakukan penyerangan.
“Padahal Fakta yang sebenarnya jauh berbeda,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Beritaflores, Jumat (16/8).
Baca: Bara Api Di Balik Kasus Penyerangan Warga Golo Woi
Menurut dia, kejadian yang terjadi pada Rabu (14/8) lalu bermula saat warga kampung Meda mengetahui ada warga dari luar kampung Meda dan Golo Woi menebang pohon di tanah sengketa kurang lebih 8 pohon.
Mendengar kabar itu, lanjutnya, warga kampung Meda kemudian terjun langsung ke lokasi. Sampai di lokasi, sempat bertemu dengan orang-orang dari kampung Golo Woi. Warga kampung Meda meminta warga kampung Golo Woi agar tidak lari dan takut, karena kedatangan mereka bukan untuk menyerang warga kampung Golo Woi melainkan mencek kepastian apakah betul ada orang dari luar yang menebang pohon di tanah sengketa tersebut.
Dari pengecekan tersebut, ditemukan empat orang warga kampung Garang kecamatan Rahong Utara yang sedang melakuka penebangan pohon. Empat orang tersebut kemudian disuruh ke ruamah gendang Lenggo di Meda untuk dimintai pertanggungjawaban.
“Bukan dipaksakan dan tidak ada penyandraan,” ujarnya.
Keempat warga Rahong Utara tersebut menghadap ke rumah gendang Lenggo dan memberikan keterangan bahwa mereka menebang pohon tersebut karena sudah dibeli dari orang Golo Woi. “Setelah itu mereka lansung pulang. Skali lagi tidak ada penyandraan,” ujarnya.
Namun, masalah ternyata tidak sampai di situ. Setelah itu, tiba-tiba beberapa orang Golo Woi yang pulang dari tanah masalah berteriak di pertigaan kampung Meda.
“Mereka mengatakan bahwa mereka akan datang kembali untuk menyerang kampung Meda. Mendengar teriakan tersebut semua warga kampung Meda berkumpul di rumah gedang Lenggo, tidak lama kemudian banyak orang Golo Woi yang datang membawa parang, batu dan balok-balok,” ujarnya.
Melihat banyak yang datang semua orang Meda melakukan perlawanan tepat di pekuburan umum kampung Meda.
Menurutnya, banyak orang Golo Woi yang lari dan bersembunyi di semak-semak.
“Melihat semua warga kampung Golo Woi yang lari, warga kampung Meda pun kembali ke rumah gendang. Tiba- tiba orang Golo Woi yang bersembunyi di semak-semak melihat celah dan menyerang orang Meda yang ada di ujung kampung (di Ntaring). Disitulah terjadi perkelahian antara orang Golo Woi dan Meda,” jelasnya.
Jadi, kembali ia menegaskan “bukan penganiyaan”.
“Bahkan bersamaan dengan kejadian tersebut ada dua titik di sekitaran kampung Meda dibakar oleh orang tak dikenal, hampir saja kampung Meda terbakar habis . Untung saja api-api tersebut bisa di padamkan,” tambahnya.
Dalam keterangan tertulis yang sama, Koordinator Kerukunan Keluarga Besar Meda Makassar Stefanus Gasar menuturkan bahwa dalam peristiwa itu mereka saling menyerang bukan penganiayaan. “Sekali lagi bukan penganiayaan, mohon di analisa baik-baik,” tegasnya.
Stefanus juga meminta pihak kepolisian untuk lebih objektif dalam menerima keterangan dari kedua bela pihak. Jangan mendengar keterangan dari satu Pihak saja.
“Sekali lagi kami minta pihak kepolisian, baik Kapolsek maupun Kapolres untuk lebih objektif, lebih teliti dalam menggali informasi,” ujarnya.
NAL/Beritaflores