Oleh: Oktaviana Mariati

Dekapan Nestapa

Kini hidupku bagaikan lentera

Redup cahayanya memaksa terangi ruang

Terkadang secerah mentari pagi

Kadang pula sehitam mendung di awan

Terkadang seindah senja sore hari

Kadang pula seburuk beliung merobohkan rumah-rumah tua

Lama kelamaan akan usai dalam dekapan nestapa

Dalam dimensi ruang halusinasi

Aku bertanya pada semesta

Bisakah aku merangkai sepucuk surat untuk yang kuasa?

Sepertinya tidak

Aku terlalu berisik seperti ombak berdesir merangkai dosa

Sebab nestapa setia menetap

Dan panasnya api di hati enggan mau padam

Aku hampa dalam dekapan nestapa.

Salah Siapa?

Aku ada, kau ada, lalu dia tiba

Salah siapa?

Dalam kehampaan, aku telusuri kisah kita tanpa amarah

Bukan salahku

Salahmu juga bukan

Bukan pula salahnya.

 

Ini salah kita

Menghadirkan kesalahan dalam hubungan kita adalah duka

Lalu siapa kita?

Jiwa kita berterbangan mengitari jagad raya

Saling meninggalkan dalam kekeliruan ini adalah salah

Kemana kita pergi

Sebab berhenti atau mundur

Kita akan hancur.

Apa Kata Semesta

Awalnya aku suka menjadi rahasia

Dengan makna sederhana aku hidup dalam kata

Bercerita tentang aku yang suka 

Dengan salah satu isi semesta

Kamu.

Semesta tak menutup mata

Dengan rahasia aku menata setiap salah

Seutuhnya sudah jadi hal biasa

Dicintai ataupun mencintai

Aku tak kuasa menahan segala resah

Sebab di mata semesta kita sempurna

Belum tentu sempurna di mata Kuasa

Lantas apa kata semesta

Kita dipertemukan oleh rasa yang mesti kita asa

Tidak perlu menghadirkan tanya

Sebab kita diatur oleh kehendak-Nya

Penulis merupakan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unika St Paulus Ruteng

 

Previous articlePengurus ILUNI NTT Periode 2022-2025 Resmi Dikukuhkan
Next articleWagub NTT Jemput Wapres Buka Asia International Water Week di Labuan Bajo

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here